Rabu, 18 Januari 2012

MAKESTA MTs DARUSSA[ADAH KRINJING WONOSOBO

Masa kesetiaan anggota (MAKESTA) IPNU-IPPNU Komisariat MTs DARUSSAA’ADAH KRINJING WATUMALANG WONOSOBO

Kebangkitan bangsa Indonesia pada pra kemerdekaan RI, salah satunya adalah karena kebangkitan dan bersatunya pemuda, pelajar, dan  Tokoh perjuang Indonesia. Akan tetapi sejalan dengan era Orde Baru, persatuan pelajar, santri  dan pemuda Indonesia telah disalah artikan sebagian kalangan, yakni menjadi tidak bolehnya keragaman dan perbedaan di antara mereka. Hal ini tampak seperti keharusan siswa masuk dalam satu organisasi (bentukan pemerintah), misalnya: OSIS di SLTP/A, SMPT di Perguruan Tinggi, atau Karang Taruna tingkat kelurahan /desa, dll. Sementara untuk aktif di IPNU, ,   IRM, PII, dst tidak diperbolehkan.

Senafas dengan bergulirnya reformasi tahun 1998, hal di atas sudah tidak lagi relevan, sekalipun aturan hukum “kekuasaan“ tersebut belum dicabut, Sekarang hampir seluruh masyarakat telah menyadari kesalahan tersebut. Berangkat dari gagasan inilah maka pada Kongres ke-13 di Makassar (2000) dan kemudian ditegaskan dalam Kongres ke-14 di Surabaya, IPNU sepakat mengubah  akronim ‘P’ dari ‘Putra’ menjadi ‘Pelajar’. IPNU kembali pada jati dirinya yakni khittah 1954; yang berorientasi gerakan palajar, santri pelajar dan  NU, baik berada di pesantren, sekolah, atupun perguruan tinggi

Kembali pada visi awal pendiriannya itu berarti IPNU telah mengamalkan satu prinsip budaya yang dipegang NU atau kelompok Ahlussunnah wal Jamaah al-muhafadzatu ‘ala al-qadimish al-shalih wa al-akhdu bi al-jadid al-aslah (melestarikan tradisi, karya cipta yang baik dan mengambil  tradisi baru, kreasi manusia yang lebih baik lagi ). Ukhuwah jam’iyyah dan jama’ah (persaudaraan  lembaga dan kemasyarakatan adalah salah satu tradisi yang perlu dilestarikan. Adapun tradisi baru yang lebih baik lagi, misalnya IPNU perlu membentuk komisariat-komisariat diberbagai tempat  strategis lembaga pendidikan yang sebelumnya belum ada.

Memasuki wilayah pendidikan tersebut dengan tanpa bermaksud melakukan gerakan tandingan -sekalipun diperbolehkan- seperti OSIS (organisasi intra sekolah) atau organisasi kampus yang sudah eksis selama ini  (baca: PMII, HMI, GMNI dst.), maka IPNU perlu didirikan dalam tempat strategis tersebut. Inilah urgensi pendirian IPNU di komisariat – komisariat, sebagaimana pada masa awal kelahiran IPNU. Utamanya di pesantren, sekolah Ma’arif NU, Perguruan Tinggi NU atau Madrasah Diniyyah , dimana secara cultural bernuansa NU, maka pendirian struktur IPNU secara formal organisatoris perlu dilakukan, jika bukan suatu keharusan  Tak berlebihan bila upaya demikian disebut sebagai renaissance, aufklarung (pencerahan kembali) IPNU, sehingga muncul generasi yang dicerahkan.

Selaras dengan renaissance IPNU, juga karena pertimbangan the lost generation (terputusnya kader ) selama lebih kurang 15 tahun lalu dari lembaga pendidikan tersebut. Termasuk untuk  penataan kader-kader NU di berbagai tempat itu. Hal ini penting, untuk masa depan, demi pengembangan dan pembaharuan warga NU sebagai kader khalifah organisasi NU sendiri.  Khittah NU 1926 bagi IPNU berfungsi dalam konteks ini dan era pasca transisi menuju demokrasi negeri ini.

Arus deras globalisasi merupakan kenyataan yang harus dihadapi dan tidak dapat dielakkan. Baik dalam wacana global (baca: konsep, pemikiran) ataupun ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Keberadaan IPNU jika tidak ingin ditinggal dunia global pun demikian. Maka, ini adalah tantangan lain yang mesti dipecahkan bersama dengan warga dunia lainya. Rincianya, antara lain terwujud nilai-nilai universal, seperti kebebasan berpendapat, menghormati kemajemukan, berfikir dan bertindak inklusif (mengakui kelompok lain dan bersedia bekerja sama), demokratisasi dan seterusnya. Semua itu, jika tidak mampu diterima dan dijalankan, dapat pula sebagai tantangan IPNU.

Sebenarnya, untuk menghadapi dunia global tersebut, IPNU sebagai organisasi berhaluan ahlusunnah wal jama’ah (Aswaja), telah mempunyai nilai-nilai dasar untuk hal tersebut. Seperti lima prinsip dasar Aswaja (asal al khomsah); tasamuh (toleransi) tawasuth (tengah-tengah) tawazun (seimbang) dan I’tidal (konsisten). IPNU, sebagaimana NU penting untuk memegang dan mengendalikan prinsip tersebut, khususnya dalam menghadapi globalisasi dalam segala bentuknya.

Dengan demikian,pelaksanaan MAKESTA tanggal 12,13,14 Agustus 2011  di komisariat IPNU MTs DARUSSA’ADAH KRINJING WATUMALANG WONOSOBO ,  dapat mengembalikan jati diri perjuanganya (khittah) secara pas, sehingga dapat meneruskan garis perjuangan NU, dengan menjadi lokomotif kehidupan demokrasi bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Khususnya, bagi kemunculan kader-kader NU diberbagai tempat yang secara cultural (kebiasaan beribadah) menggunakan tradisi NU. Sekaligus, dapat menjadi kader yang dapat mengantisipasi perkembanganya zamanya. Semoga.....        

Sabtu, 10 September 2011

JUJUR

“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga(ketenangan jiwa). Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur(sumber ketenangan). Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka(kegundahan jiwa). Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta(Sumber kegundahan).”

Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. bisa juga "selaras dengan kenyataan dan siap menerimanya".
Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan.

Jenis Kejujuran
1. Jujur dalam niat dan kehendak
2. Jujur dalam ucapan
3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji
4. Jujur dalam perbuatan
5. Jujur dalam kedudukan agama

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 177)

Menjadi kawajiban bagi orang tua,guru,tokoh,penguasa,pribadi agar mewujudkannya guna tercipta iklim kehidupan yang selaras dan seimbang,terhindar dari "stres" yang berkepanjangan baik yang bersifat individu mau pun kolektif.

JUJUR

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah S.A.W. kerana hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata :
"Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu sahaja berbuat dosa dan payah hendak meninggalkannya." Maka Rasulullah menjawab : "Mahukah engkau berjanji bahawa engkau sanggup meninggalkan cakap bohong?"
"Ya, saya berjanji" jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke rumahnya.
Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia sedaya upaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah S.A.W.
Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah S.A.W. lelaki itu berkata di dalam hatinya :
"Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah itu."
Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, hati kecilnya terus mengejek.
"Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawaban kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya" bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah S.A.W. dan setiap kali pulalah hatinya berkata :
"Kalau aku berbohong kepada Rasulullah bererti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan....sesungguhnya di dalam pesanan Rasulullah itu terkandung sebuah hikmah yang sangat berharga."
Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya.
Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang digariskan oleh Rasulullah S.A.W. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yang soleh dan mulia.
Jujur merupakan modal terbesar dalam menggapai sebuah perubahan baik urusan pribadi maupun urusan publik.

Selasa, 23 Agustus 2011

Manusia Bermartabat

Al Bazzar meriwayatkan dalam kitab Masnadnya dari Muhammad bin Aqil katanya, "Pada suatu hari Ali bin Abi Talib pernah berkhutbah di hadapan kaum Muslimin dan beliau berkata, "Hai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani ?"
Jawab mereka, "Orang yang paling berani adalah engkau sendiri, hai Amirul Mukminin."
Kata Ali, "Orang yang paling berani bukan aku tapi adalah Abu Bakar. Ketika kami membuatkan Nabi gubuk di medan Badar, kami tanyakan siapakah yang berani menemankan Rasulullah s.a.w dalam gubuk itu dan menjaganya dari serangan kaum Musyrik ? Di saat itu tiada seorang pun yang bersedia melainkan Abu Bakar sendiri. Dan beliau menghunus pedangnya di hadapan Nabi untuk membunuh siapa sahaja yang mendekati gubuk Nabi s.a.w. Itulah orang yang paling berani."
"Pada suatu hari juga pernah aku menyaksikan ketika Nabi sedang berjalan kaki di kota Mekah, datanglah orang Musyrik sambil menghalau beliau dan menyakiti beliau dan mereka berkata, "Apakah kamu menjadikan beberapa tuhan menjadi satu tuhan ?" Di saat itu tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan membela Nabi selain Abu Bakar. Beliau maju ke depan dan memukul mereka sambil berkata, "Apakah kamu hendak membunuhorang yang bertuhankan Allah ?"
Kemudian sambil mengangkat kain selendangnya beliau mengusap air matanya. Kemudian Ali berkata, "Adakah orang yang beriman dari kaum Firaun yang lebih baik daripada Abu Bakar ?" Semua jamaah diam sahaja tidak ada yang menjawab. Jawab Ali selanjutnya, "Sesaat dengan Abu Bakar lebih baik daripada orang yang beriman dari kaum Firaun walaupun mereka sepuluh dunia, kerana orang beriman dari kaum Firaun hanya menyembunyikan imannya sedang Abu Bakar menyiarkan imannya."